Sabtu, 11 April 2020

Perjalanan Singkat Yang Tak Searah


Setelah perjuangan menempuh Sidang Skripsi, kami masih harus mengurus untuk publikasi Skripsi dan pemberkasan untuk wisuda. Urusanku selesai lebih dulu karena aku urutan 3 pertama yang ujian pendadaran dalam kelasku. Akhirnnya dengan sisa waktu yang aku punya, aku bisa membantu teman-temanku, terutama Tias dan Ros. Setiap hari aku chat dengan Tias dan Ros, mengenai permasalahan apa yang sedang mereka hadapi hari itu atau hanya sekedar menanyakan hal-hal biasa seperti sudah makan apa belum. Kami selalu saling memperhatikan dan menjaga karena kami anak rantau dan hanya mereka yang ku miliki sebagai keluargaku disana.
Saat itu aku ragu dan terus memikirkan apakah aku akan melanjutkan pendidikan ke jenjang profesi atau tidak. Aku menanyakan ke beberapa kakak tingkatku yang ku kenal dan meminta saran dari mereka, dan aku pun meminta saran dari kakak sulung ku karena dia juga bekerja di bidang kesehatan. Aku memikirkan biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan sangatlah mahal, belum lagi untuk kos-kosan dan kebutuhan sehari-hari ku.
Aku memikirkan banyak pertimbangan yang ku dapatkan, aku memikirkan dari segi biaya karena saat itu biaya hidupku sepenuhnya masih ditanggung orang tua ku, aku memikirkan dari segi umurku yang sudah mendekati target menikahku, aku memikirkan dari segi keuntungan dan kelemahan jika aku melanjutkan pendidikan ku ke jenjang profesi, di sisi lain aku juga memikirkan tentang bagaimana cara aku bergaul dan beradaptasi dengan orang-orang yang nantinya akan terus bersamaku selama setahun. Setelah berpikir panjang akhirnya aku memutuskan melanjutkan pendidikanku ke jenjang profesi.
Aku pun mulai takut, aku menanyakan pada Tias dan Ros apakah dia akan melanjutkan ke jenjang profesi atau tidak. Tias menjawab masih ragu apakah akan melanjutkan ke jenjang profesi, sedangkan Ros memilih untuk menyelesaikan jenjang Sarjana dan pulang ke kampung halamannya dengan beberapa alasan. Akhirnya hanya Tias yang masih bisa ku harapkan untuk bisa menemaniku berjuang di jenjang profesi. Aku selalu membujuk Tias untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang profesi, aku selalu membujuknya dengan mengatakan apa yang ada dipikiranku tentang pertimbangan-pertimbanganku yang sudah ku pikirkan berulang kali. Aku tahu sebenarnya Tias sudah mengambil keputusan bahwa dia akan melanjutkan ke jenjang profesi, tapi aku pura-pura tidak tau dengan keputusannya.
Selain membujuknya untuk melanjutkan ke jenjang profesi, aku juga membujuknya untuk menyewa 1 kamar kos untuk berdua di kos yang ditempatinya sekarang. Tujuanku untuk bisa menghemat biaya, karena nantinya aku yakin kami akan menyewa kos lain di dekat tempat praktek nantinya sedangkan kos dekat kampus akan sering kami tinggalkan, dan itu juga saran dari kakak tingkat yang ku kenal. Berhari-hari aku selalu membujuk Tias dengan mengutarakan keinginanku, selain aku ingin ada dia di sampingku saat berjuang, aku juga ingin kami tinggal di tempat yang sama. Karena aku berpikir tanpa dia sebagai keluargaku di sana, aku tidak akan berani melangkah sendirian lagi. Aku selalu chat dia seakan-akan aku memaksakan kehendakku, mungkin dia sudah bosan membaca chat yang berisi pembahasan keinginanku itu, tapi aku tidak akan menyerah sampai dia mengambil keputusan yang pasti.
Setelah mendekati waktu wisuda akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang profesi di kampus yang sama, aku sangat senang saat itu, tapi dia menolak untuk menyewa 1 kamar berdua dengan beberapa alasan, dan aku menerima alasan itu karena aku juga tahu bagaimana perasaan dan pengalamannya saat dia tinggal di asrama dulu, dan aku memutuskan untuk tinggal di kos yang sama dengan Tias tepatnya di kamar Ros karena setelah sarjana dia akan pulang ke kampung halamannya.
Terkadang aku memimpikan hal-hal yang bisa menunjukkan masa depanku, entah sejak kapan aku mempunyai kemampuan itu, dan dalam mimpiku aku sering berdua dengan Tias dalam beberapa situasi, aku pun selalu berdoa agar nantinya aku bisa satu kelompok dengan Tias dan orang-orang yang ku kenal disana. Karena jujur saja, sangat sulit bagiku untuk beradaptasi dengan orang-orang baru.
Waktu wisuda pun semakin dekat, dan seperti biasa aku dan Tias bingung untuk membeli persiapan wisuda, kebaya dan sepatu serta salon untuk make up wisuda. Aku dan Tias pun pergi ke beberapa tempat, hingga akhirnya kami menemukan dan membeli heels untuk dipakai saat wisuda (walaupun modelnya tidak seperti yang kami inginkan, tapi setidaknya hampir mendekati keinginan kami), dan kami masih bingung dengan kebaya yang akan kami pakai. Aku meminta ibuku membawakan kebaya (yang akhirnya dibelikan kebaya baru oleh ibuku) dan Tias belum memutuskan akan membeli kebaya dimana, dan tentang make up kami pun memutuskan untuk make up sendiri tanpa memakai jasa apapun.
Karena ayah dan ibuku akan ke Solo untuk menghadiri wisuda, aku memutuskan untuk mengajak mereka jalan-jalan ke tempat wisata yang tidak ada di Sumatera. Aku pun dibantu Tias mencari banyak informasi tentang biaya dan waktu yang dibutuhkan, karena aku selalu berdiskusi dan mengandalkan Tias dalam membuat planning apapun. Akhirnya telah diputuskan aku akan menyewa mobil untuk seharian penuh, dan tujuan kami adalah Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan dan Malioboro di Yogyakarta, ya, semua itu akan kami tempuh dalam waktu sehari dan jalan-jalan bersama orang tua tidak seperti jalan-jalan bersama teman-temanku yang bisa ditempuh dengan sepeda motor dan mengunjungi banyak tempat. Untuk rencana itu aku mengajak Tias dan Ros untuk ikut serta, sayangnya Ros tidak bisa ikut dan Tias juga akan menunggu orang tuanya yang juga akan datang. Akhirnya yang berangkat jalan-jalan hanya aku, ayah dan ibuku.
Tiga hari sebelum wisuda ayah dan ibuku sampai ke Solo dengan naik pesawat, aku ditemani adek kos ku pun menjemput orang tua ku ke bandara. Dan seperti biasa aku tidak berhenti berkabar dengan Ros dan Tias. Keesokan harinya aku dan orang tuaku pergi jalan-jalan, dan Tias menunggu orang tuanya datang yang saat itu masih di perjalanan dan akan sampai ke kos nya saat malam hari. Hari berikutnya saatnya gladi resik pra-wisuda, ibuku menanyakan pasar tempatnya bisa berbelanja baju dan oleh-oleh. Aku tidak tega membiarkan ibu dan ayah pergi ke pasar sendiri, aku pun bingung dan akhirnya aku menanyakan Tias apakah dia akan ikut gladi resik atau tidak, dan dia mengatakan tidak akan ikut karena ingin jalan-jalan bersama keluarganya, aku pun berpikir sejenak jika aku dan Tias tidak ikut gladi resik maka kemungkinan kami tidak akan mengerti apa yang harus dilakukan saat prosesi wisuda. Setelah berpikir aku memutuskan untuk menemani ibu dan ayahku berbelanja di pasar, setelah berbelanja dengan cepat aku pergi ke kampus untuk mengikuti arahan saat gladi resik yang saat itu akan selesai, aku pun memberikan informasi yang ku dapatkan kepada Tias.
Keesokan harinya waktu Wisuda pun tiba, pagi-pagi sekali seperti biasa jika ada acara kami saling mengingatkan. Aku menelepon Tias untuk membangunkannya dan ternyata dia sudah bangun. Tias menawarkan untuk berangkat bersama dengan mobilnya dan aku menyetujuinya. Setelah selesai berdandan dan siap berangkat, kami pun bertemu di depan kos dan langsung menuju kampus. Orang tua ku dan Tias saling berkenalan dan mereka tampak akrab dan memakai baju yang warnanya hampir sama, aku pun tersenyum mengingat masa perkuliahan yang saat itu aku dan Tias sering memakai baju yang warnanya sama.
Prosesi wisuda pun dimulai, aku dan Tias ternyata duduk berdekatan, kursinya tepat dibelakang kursiku, begitupun kedua orang tua kami sehingga mereka bisa sambil mengobrol bersama. Aku dan Tias hanya sempat mengambil beberapa foto, dan hanya ada 1 foto yang hanya berdua dan 1 foto yang bersama keluarga kami dan beberapa foto yang lainnya bersama teman-teman sekelas kami yang saat itu hanya setengah kelas yang bisa mengikuti wisuda periode itu. Karena terpisah, aku dan Tias pulang terpisah, Tias bersama keluarganya sementara aku dan orang tua ku memesan mobil online untuk kembali ke kos ku.
Sesampainya di kos Tias mengingatkan bahwa kami belum banyak berfoto, sambil menunggu Ros dan teman-teman lainnya datang, aku Tias dan adiknya Tias pun berfoto sebanyak yang kami inginkan sampai akhirnya Ros dan teman-teman kami yang lain datang ke kos ku dan kami berfoto bersama. Setelah selesai dan tidak ada lagi yang terasa kurang, aku pun memperkenalkan Ros dengan kedua orang tua ku, sedangkan Tias bersiap dan berpamitan untuk pulang ke kampung halaman dengan mobil pribadinya.
Malam harinya aku mengadakan acara makan-makan bersama orang tua ku dan adek-adek kos ku. Orang tua ku makan berdua di kamarku, sedangkan aku bersama adek-adek kos ku makan bersama dalam satu kamar sambil bercerita banyak hal hingga larut malam. Mereka sangat senang semenjak orang tua ku datang, orang tua ku juga sangat senang disambut baik oleh mereka. Keesokan harinya aku dan orang tua ku pulang ke Sumatera dengan naik pesawat, dan kami bertiga (aku, Tias dan Ros) selalu mengabari perjalanan kami sudah sampai dimana dan bagaimana keadaan kami.
Sekian kisahku kali ini, sampai bertemu di kisah selanjutnya ^_^

Tidak ada komentar :

Posting Komentar