Dahulu ada
seorang pemuda miskin, bernama Akib. Ia tidak mempunyai orang tua maupun
saudara. Untuk menyambung hidup, ia bekerja sebagai pengumpul kayu bakar.
Kayu-kayu itu dijualnya pada tetangga yang membutuhkan. Ia menjalani hidup ini
dengan hati lapang, mau menerima nasib dengan apa adanya tanpa mengurangi usaha
yang keras, bekerja mencari nafkah.
Suatu siang,
ketika tengah mencari kayu, Akib dikejutkan oleh kikik tawa nan amat
menggidikkan. Dengan cepat, Akib bersembunyi. Tak jauh dari tempatnya berdiri
tampak seorang nenek kurus, bungkuk, berjubah hitam dekil, dan dengan rambut
putih yang beriap. Ia mengikik seram. Matanya jelalatan kesana kemari.
“Hikhikhik! Nah,
itu bunga-bunga yang aku cari!” ujar si Nenek. Ia melangkah kesemak-semak lebat
tempat Akib bersembunyi. Akib sangat takut, sebab ia tahu siapa nenek itu. Ia
adalah Ninik Plerek, tukang sihir yang sangat jahat. Akib menahan nafas. Di
depan, Ninik Plerek dilihatnya berjongkok. Nenek itu kemudian memetik dua bunga
pagi sore yang tengah kuncup, warna merah dan warna kuning. Dengan penuh peluh
dingin, Akib memperhatikan.
“Hikhikhik!
Kedua bunga ini,” sambung si Nenek, “Akan aku sisipkan dalam rangkaian bunga
yang telah kubuat, lalu kuberikan pada Putri Sekar. Bila sang putri menciumnya,
hikhikhik, Ia akan tertidur lelap. Tak ada yang bisa membangunkannya kecuali
aku. Padahal, obatnya mudah sekali, yakni dengan meneteskan air rendaman bunga
pagi sore, warna merah dan warna kuning, yang tengah mekar kemulut sang Putri.
Hikhikhik! Bila Prabu Sangga memintaku menyembuhkannya aku akan lakukan. Tetapi
dengan syarat, ia harus mengawiniku dulu! Hikhikhik! Aku harus dijadikan
permaisuri!” Nini Plerek lalu pergi. Jantung Akib berdebar kencang. Ia secara
tak sengaja telah mengetahui rahasia besar. Rencana busuk dari seorang tukang
sihir atau tukang tenung.
Beberapa hari
kemudian, tersiar kabar bahwa Putri Sekar mengidap penyakit aneh. Ia tak mau
bangun dari tidurnya. Diguncang tak mau bangun. Diteriaki suara keras
ditelinganya ia tetap pulas. Prabu Sangga sangat bingung. Seluruh dukun dan
tabib diundang untuk menyadarkan sang Purti. Namun tak ada yang mampu menggugah
sang Putri. Sang Prabu bermaksud
mengadakan sayembara bahwa siapa yang bisa menyembuhkan sang putri, jika lelaki
akan dijadikan suaminya, jika perempuan akan dijadikan saudara sang putri.
Sebelum sayembara
itu di umumkan seorang pemuda tiba-tiba datang ke istana. Pemuda itu tak lain
adalah Akib. “Apa maksudmu datang kemari anak muda?” tanya Prabu Sangga. “Hamba
ingin memastikan apakah benar Tuan Putri menderita sakit tak bisa bangun dari
tidurnya?” kata Akib. “Ya benar, dari mana kau tahu?”Tanya Prabu Sangga. “Secara kebetulan hamba mengetahui siapa yang
mengguna-gunai Tuan Putri.” kata Akib. “Lalu apakah kau bisa menyembuhkan
anakku?”Tanya Prabu Sangga. “Hamba akan berusaha, besok pagi hamba datang lagi
kemari.” Jawab Akib. “Mengapa harus besok pagi, kalau bisa lakukan saja
sekarang.”perintah Prabu Sangga. “Hamba harus mecari bahan ramuan untuk
menyadarkan Tuan Putri.”jawab Akib. “Baiklah, aku ijinkan kau datang kemari
besok pagi.”kata sang Prabu.
Esok paginya
Akib datang ke istana setelah memetik dua bunga pagi sore yang sedang mekar
warna merah dan warna kuning. Di istana, ia merendam buga-bunga itu. Air
rendaman kedua bunga itu diteteskan ke mulut Putri Sekar. Ajaib, sang Putri
sekatika bangun. Prabu Sangga senang sekali. “Anak muda kau hebat sekali.” kata
Prabu Sangga. “Ah, hamba hanya kebetulan saja mengetahui rahasia orang yang
mencelakakan Tuan Putri.” sahut Akib dengan rendah hati. “Siapa orangnya?”
tanya Prabu Sangga. “Nini Plerek, Gusti Prabu…..!” jawab Akib. “Hah?Apa
maksudnya berbuat demikian?”Tanya Prabu Sangga. “Dia ingin dijadikan
permaisuri.”kata Akib.
Sementara itu
pada saat yang sama dipintu gerbang para prajurit sedang menghadang seorang
wanita berambut riap-riapan. “Aku adalah Nini Plerek! Biarkan aku masuk, hanya
aku yang bisa menyembuhkan Tuan Putri Sekar, hik…hik…hik…hiiiik…! Terima kasih,
terima kasih ternyata Gusti Prabu sendiri yang berkenan menyambutku.” “Nini
Plerek apakah kau bermaksud menyembuhkan Putriku?”Tanya Prabu Sangga. “Benar
Gusti Prabu, tapi ada syaratnya. Gusti Prabu harus berkenan menjadikan hamba
permaisuri. Barulah hamba bersedia menolong Tuan Putri.” “Jadi benar kau yang
mencelakakan putriku. Hai pengawal tangkap wanita keji ini!” kata Prabu Sangga
dengan penuh wibawa. “Apa? Berani menangkapku? Bagaimana dengan Tuan Putri?” “Aku
tidak perlu bantuanmu wanita jahat!”
Para pengawal
segera menangkap Nini Plerek dan di masukkan kedalam penjara. Sementara Akib
akhirnya dijodohkan dengan Putri Sekar.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar