Kamis, 20 Oktober 2016

Gadis Bergigi Emas

Dahulu kala, hiduplah seorang gadis yang cantik. Ia mempunyai gigi emas sejak lahir. Karena itulah ia dinamai Gimas. Ayah Gimas telah tiada, demikian pula ibunya. Sebelum ibu Gimas meninggal, ia berpesan agas Gimas menikah dengan pria bergigi emas juga.
Gimas sangat patuh pada pesan almarhum ibunya. Banyak pemuda melamarnya. Namun ia selalu menolaknya. Karena di antara mereka tak ada yang bergigi emas. Pada suatu hari Gimas memutuskan untuk meninggalkan desanya. “Ah,aku hendak bekerja di istana raja saja”.
Pagi-pagi sekali, Gimas meninggalkan desanya. Ia menyamar seperti seorang pemuda. Kebetulan Raja sedang mencari pemuda untuk merawat kuda-kudanya. Gimas pun langsung diterima bekerja di istana itu. Gimas bekerja dengan rajin. Kandang kuda pun dibersihkannya, hingga tampak nyaman. Raja dan Ratu kagum kepada Gimas. “Anak muda itu rajin sekali,” ujar Raja kepada Ratu, ”Aku akan mengangkatnya menjadi pelayan istana. Biar orang lain yang menggantikannya merawat dan membersihkan kandang kuda.”
Maka jadilah Gimas pelayan Raja dan Ratu. Ia bertugas membersihkan kamar Raja dan Ratu. Karena rajin dan cekatan, Raja dan Ratu merasa sangat puas. Selama itu, rahasia Gimas belum pernah terbongkar. Namun, ada seorang pemuda yang mulai mencurigainya! Pemuda itu adalah Pangeran. “Bunda, aku rasa Gimas adalah seorang gadis,” kata Pangeran kepada Ratu, ”Wajahnya terlalu manis untuk seorang laki-laki!” Ratu tidak percaya pada kata-kata Pangeran. Namun Pangeran tetap bersikeras. Akhirnya Ratu berkata, “Letakkan sebuah bantal di kamarnya. Jika ia seorang gadis, maka ia akan menggunakan bantal itu dengan rapi.”
Diam-diam, Pangeran menaruh bantal di atas tempat tidur Gimas. Namun, saat melihat bantal itu, Gimas merasa curiga. “Pasti Pangeran hendak mengujiku. Aku tak akan menyentuh bantal itu dan tak akan membereskan tempat tidurku!” gumam Gimas dalam hati.
Keesokan harinya Pangeran dan Ratu memeriksa kamar Gimas. Mereka melihat bantal itu tidak digunakan Gimas. Bahkan tempat tidurnya tidak rapi. “Nah, sekarang kau yakin, bukan? Gimas itu seorang laki-laki!” ujar Ratu kepada Pangeran.
Pangeran tidak mau menyerah. “Ibunda, besok akan kubuktikan kalau Gimas itu seorang gadis. Aku akan mengajaknya berjalan-jalan ke hutan. Jika ia lebih tertarik pada bunga, pastilah ia seorang gadis. Tapi, jika dia seorang pemuda, ia akan mengambil rumput dan mengigit-gigitnya!” kata Pangeran. Sepanjang perjalanan, Gimas tidak memandang bunga-bungaan sedikitpun. Ia malah mengambil rumput dan menggigit-gigitnya. Pangeran memperhatikan seluruh tingkah laku Gimas. Ia kecewa karena tak berhasil menjebak Gimas. Sepulang dari hutan, Pangeran menceritakan tingkah Gimas pada ibundanya. “Nah, sekarang kau sudah yakin kalau ia seorang pemuda?” tanya Ratu menahan tawa.
“Belum, Bunda. Aku akan mengujinya sekali lagi. Aku akan melepaskan anjing berburu kita. Jika Gimas mengusirnya karena takut bajunya kotor, pastilah ia seorang gadis!” Ratu setuju akan rencana Pangeran. “Ya, kau boleh mengujinya sekali lagi. Tapi ini yang terakhir!” kata Ratu.
Esok paginya, Pangeran melepas anjing berburu didekat Gimas. Gimas tak sempat lagi menghindar. Anjing itu meloncat-loncat di dekat Gimas. Kakinya yang kotor mulai mengotori baju Gimas. “Oh, pergi! Pergi! Bajuku kotor oleh kakimu!” teriak Gimas sambil berusaha menghalau anjing itu. Pangeran tersenyum mendengar teriakan Gimas. “Nah, sekarang aku yakin! Kau pasti seorang gadis!” seru Pangeran.
Gimas terkejut. Rahasianya kini telah terbongkar. Gimas takut dihukum karena telah berbohong. Lekas-lekas Gimas lari ke kandang kuda. Ia hendak pergi dari istana dengan mengendarai kuda. Namun Gimas tak dapat melarikan diri lagi. Sebab Pangeran menghadangnya di pintu kandang. “Gimas, tetaplah tinggal bersamaku!” kata Pangeran.
Namun tiba-tiba kuda Gimas melonjak. Pangeran pun tersepak dan jatuh. Gimas lekas-lekas turun dari kudanya. “Oh, Pangeran, maafkan aku!” kata Gimas sambil menolong Pangeran. Pangeran tersenyum lebar. Tanpa disangka, tampaklah gigi emasnya! “Oh, Pangeran, engkau bergigi emas!” teriak Gimas. “Ya, Gimas, aku bergigi emas!” jawab Pangeran, ”Gimas maukah engkau menjadi istriku?”. Tentu saja Gimas bersedia menjadi istri Pangeran. Sebab Pangeran adalah pemuda yang bergigi emas juga! Gimas tidak melanggar pesan ibunya, bila ia menikah dengan Pangeran!

Beberapa hari kemudian pernikahan Pangeran dan Gimas diselenggarakan dengan meriah. Gimas dan Pangeran hidup bahagia sampai hari tua mereka.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar