Dahulu kala di
sebuah taman yang kecil, hiduplah sekumpulan ulat dan juga beberapa Bunga
Sepatu dan Bunga Mawar. Pada awalnya mereka semua bersahabat. Sampai suatu hari, sekuntum bunga
mawar bernama Okit dengan sombongnya berkata. “Hei para ulat! Jangan terus
memakani daun kami!” “Ya benar! Lihat…daun-daun kami jadi rusak, pergi kalian
dari taman ini!” sahut bunga mawar lainnya.
Ulat-ulat merasa
sangat sedih. Mereka memang memakani daun-daun bunga di taman itu. Tetapi jika
mereka tidak makan, tentu mereka akan mati kelaparan. Akhirnya dengan
kerendahan hati mereka berniat pergi dari taman itu. Namun sekuntum bunga
sepatu mencegahnya. “Hei, kalian jangan pergi,” kata Rena si bunga sepatu
kepada ulat, “kalian boleh memakan daun kami para bunga sepatu di taman ini.” “Benar,
kami rela membagi daun kami kepada kalian,” ucap bunga sepatu lainnya. Ulat
sangat berterimakasih atas kebaikan bunga sepatu dan berkata. “Terimakasih,
kalian telah menolong kami.”
Akhirnya di
taman itu bunga mawarlah yang paling indah karena daun mereka utuh. Terkadang
beberapa bunga mawar mengejek bunga sepatu yang daun-daunnya bolong akibat
dimakani ulat.
Suatu ketika,
seorang manusia mendatangi taman itu. Dia berkata. “Aku akan mengambil beberapa
bunga disini. Oh tidak…bunga-bunga sepatu ini daunnya dimakani ulat. Aku ambil
lima bunga mawar ini saja, daunnya masih bagus.” Lalu manusia itu mencabut lima
bunga mawar dari taman itu dan pergi. Taman itu berduka, khususnya bunga mawar.
Mereka kehilangan lima anggotanya. Sekuntum bunga sepatu tiba-tiba berbisik
kepada ulat. “Kami harus berterimakasih kepada kalian. Kalau daun kami tidak
dimakani kalian, mungkin kami juga diambil oleh manusia seperti lima bunga
mawar itu.”
Di taman itu
kini hanya tersisa lima bunga mawar. Mereka berlima takut akan diambil juga
oleh manusia. Akhirnya mereka menyadari kesombongannya dan berkata. “Kalian
para ulat, kami mohon maafkanlah kesombongan kami. Kalian sekarang boleh
memakan daun kami. Kami takut akan dicabut dari tanah seperti kelima saudara
kami.” “Tapi mawar, daun itu memang milik kalian, hak kalian untuk
memberikannya kepada kami atau tidak,” tukas Hili si ulat jantan. “Tidak ulat,
sungguh kami sangat menyesal,” ucap Okit, “sudah seharusnya kami memberikan
daun-daun kami untuk kalian makan. Bukankah sesama makhluk hidup kita harus
saling tolong-menolong?”
Rena si bunga
sepatu menjawab. “Itu benar Kit. Bisa-bisa beberapa waktu kedepan bunga-bunga
di sini akan habis dicabuti oleh manusia.” Mendengar perkataan kedua bunga itu
ulat-ulat sangat terharu dan seekor ulat menjadi bersemangat untuk berkata. “Terima
kasih para bunga, kalian sangat baik kepada kami,” teriak Hili berkaca-kaca,
“kelak kami akan membalas jasa kalian!”
Beberapa hari
berlalu, setelah ulat memakan daun-daun bunga mawar dan bunga sepatu, mereka
bersepuluh berubah menjadi kepompong. Dalam beberapa minggu kepompong itu
menetas dan ulat-ulat itu berubah menjadi kupu-kupu yang sangat indah. Para
bunga takjub melihat perubahan itu, dan salah satu dari mereka berkata. “Wah…kalian
telah berubah wujud! Kalian kini bersayap dan indah sekali!” “Terima kasih, “
kata Hili yang kini telah menjadi kupu-kupu, “Sekarang kami akan memenuhi janji
kami. Kami akan membalas jasa kalian.”
Sepuluh
kupu-kupu itu menolong bunga menyebarkan benihnya. Mereka menggunakan kemampuan
terbangnya untuk menyebarkan benih-benih bunga mawar dan bunga sepatu secara
merata di taman itu. Bunga-bunga sangat berterimakasih kepada kupu-kupu. Kini
kupu-kupu tidak lagi mendapatkan daun dari bunga, tetapi madu yang sangat manis
dan lebih enak daripada daun.
Berkat
pertolongan sepuluh kupu-kupu, beberapa minggu kemudian jumlah bunga di taman
itu bertambah. Kini di taman itu terdapat ratusan bunga mawar dan bunga sepatu.
Kehidupan di taman itu menjadi penuh dengan kebahagiaan.
Namun di tengah
kebahagiaan itu, tiba-tiba seorang manusia kembali datang. Seluruh penghuni
taman itu pasrah jika ada bunga yang akan dicabut lagi oleh manusia itu. “Kenanglah
taman ini meskipun kalian dicabut olehnya!” teriak Okit kepada seluruh bunga.
Perkataan Okit itu menguatkan hati para bunga untuk tetap kuat. Ketika mereka
sudah siap menerima keadaan, manusia itu justru berkata. “Oh Tuhan, taman ini
sekarang indah sekali! Bunga-bunganya jauh lebih banyak dan sekarang ada
kupu-kupu yang mengitarinya. Aku akan menjaga bunga-bunga ini agar tetap
tertanam dan menyiraminya setiap hari.”
Manusia itu
kemudian pergi tanpa mencabut sekuntum bunga pun. Seluruh penghuni taman itu
bersorak-sorai gembira karena tidak ada yang berpisah. Seluruh bunga mawar,
bunga sepatu, dan kupu-kupu kini hidup bahagia. Sampai saat ini, itulah alasan
mengapa kupu-kupu mau membantu menyebarkan benih bunga, yaitu untuk membalas
jasa bunga yang telah memberi mereka daun.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar