Dikisahkan pada
jaman dahulu, ada seorang pemuda desa yang cerdas namun agak serakah. Mungkin
karena sejak lahir hidupnya selalu dalam kemiskinan. Kedua orang tuanya sudah
meninggal dunia. Ia hidup sebatang kara. Suatu hari dia berdoa : "Ya Tuhan
jadikanlah aku pemuda perkasa yang punya kemampuan luar biasa." Setahun
telah berlalu, namun doanya belum juga dikabulkan. Hingga akhirnya dia naik ke
puncak pohon yang paling tinggi di hutan dekat desanya. Tingginya kira-kira 10
meter. Dengan lantang ia berteriak "Tuhan mengapa kau tak adil padaku! Aku
tak pernah keberatan telah dilahirkan sebagai orang miskin! Sekarang aku hanya
minta dijadikan orang yang paling perkasa, Tuhan! Hanya itu ! Kenapa
kau tak mengabulkannya? Atau kau memang tak
mampu?!" Rupanya ia begitu marah hingga ia menyindir Tuhan.
Saat itu juga
langsung terdengar gemuruh petir di langit dan cahaya kilat menyambar pohon
yang ia naiki. "Tuhan aku tidak takut! Kalau kau tak mampu menjadikan aku orang
yang perkasa, berhentilah menjadi Tuhan!!". Dengan kesal ia turun dari
pohon dengan tergesa-gesa. Ups! Kakinya salah berpijak. Ia menginjak ranting
pohon yang ringkih. Tubuhnya limbung kehilangan keseimbangan. Tangannya pun
terhentak, lepas dari pegangan batang pohon. Serta merta tubuhnya meluncur
dengan cepat ke tanah. Ia berteriak ketakutan sambil
memejamkan mata. Tapi ternyata "Aaaaaaaaa...kok ? Aku bisa terbang!! Aku
bisa terbang! Aku bisa terbang," tubuh pemuda itu ringan seperti kapas. Ia
tak jatuh kebawah, bahkan tubuhnya kini melayang.
"Wah,
seandainya di punggungku ada sayapnya, pasti tambah asyik! Tuhan... beri aku
sayap!" teriaknya. Tiba-tiba punggungnya
menggelembung dan ... "Hey, aku punya sayap ! Aku akan terbang terus
menuju matahari. Aku ingin tahu sepanas apakah matahari," kata Pemuda itu
dengan sombongnya. Saat itu ia tak menyadari bahwa kaki dan tangannya berubah
menjadi sangat kecil dan tipis.
Kira-kira 10.000
kilometer menuju matahari, kulitnya mulai terbakar hingga kecoklatan. Ia paksakan
terus terbang menuju matahari. Tapi lama-kelamaan ia tak tahan. Tubuhnya
seperti terpental, meluncur, terus meluncur dengan cepatnya ke tanah dan ..Brug
! "Aaaaaaaaaahhhhhhh..." teriaknya. Ia sudah pasrah jika harus mati.
Tubuhnya telah sampai ke tanah. Namun, "Telah mati kah aku ?" Ia
mencoba membuka matanya. Lalu terdengar sebuah suara yang terdengar bijak,
entah darimana, "Kau terlalu serakah, setelah dikabulkan permintaan
pertama, kau meminta lagi, lagi, dan lagi. Ingatlah yang kau inginkan belum
tentu yang terbaik untuk dirimu. Padahal seandainya kau tidak serakah...,"
"Oh...tubuhku
mengapa seperti ini?" pemuda itu memperhatikan tubuhnya. warna kulitnya
menjadi coklat keemasan. Kaki dan tangannya menjadi kecil dan tipis, kini di
hidungnya pun ada dua helai kumis yang memanjang. Di punggungnya yang kini
lebih menonjol ada sayap.
Begitu malunya
pada Tuhan, ia berlari menuju tempat-tempat gelap untuk bersembunyi. Ia terus
berlari menuju desanya untuk menyembunyikan diri di tempat yang gelap, kotor, lembap,
dan bau. Ia beharap
Tuhan
tak menemukannya di tempat-tempat seperti itu.
Tapi oleh
manusia ia jadi terlihat menjijikan. Hingga suatu hari kakinya tersandung
sesuatu. Membuat tubuhnya terlentang diatas
punggungnya. Kakinya yang terlalu kecil, pendek dan lemah membuatnya tak kuasa
kembali pada posisinya semula. Sebab punggungnya yang dilapisi sayap terlalu
tinggi dari kaki dan tangannya. Ia seperti kehabisan nafas. Ia terus
meronta-ronta. Sampai akhirnya ia mati kelelahan dan kehabisan nafas dengan mengeluarkan
busa-busa putih dari dalam tubuhnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar