Setelah perjuangan menempuh Sidang Skripsi, kami masih
harus mengurus untuk publikasi Skripsi dan pemberkasan untuk wisuda. Urusanku selesai
lebih dulu karena aku urutan 3 pertama yang ujian pendadaran dalam kelasku. Akhirnnya
dengan sisa waktu yang aku punya, aku bisa membantu teman-temanku, terutama
Tias dan Ros. Setiap hari aku chat dengan Tias dan Ros, mengenai permasalahan
apa yang sedang mereka hadapi hari itu atau hanya sekedar menanyakan hal-hal
biasa seperti sudah makan apa belum. Kami selalu saling memperhatikan dan
menjaga karena kami anak rantau dan hanya mereka yang ku miliki sebagai
keluargaku disana.
Saat itu aku ragu dan terus memikirkan apakah aku akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang profesi atau tidak. Aku menanyakan ke
beberapa kakak tingkatku yang ku kenal dan meminta saran dari mereka, dan aku
pun meminta saran dari kakak sulung ku karena dia juga bekerja di bidang
kesehatan. Aku memikirkan biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan sangatlah
mahal, belum lagi untuk kos-kosan dan kebutuhan sehari-hari ku.
Aku memikirkan banyak pertimbangan yang ku dapatkan, aku
memikirkan dari segi biaya karena saat itu biaya hidupku sepenuhnya masih
ditanggung orang tua ku, aku memikirkan dari segi umurku yang sudah mendekati
target menikahku, aku memikirkan dari segi keuntungan dan kelemahan jika aku
melanjutkan pendidikan ku ke jenjang profesi, di sisi lain aku juga memikirkan
tentang bagaimana cara aku bergaul dan beradaptasi dengan orang-orang yang
nantinya akan terus bersamaku selama setahun. Setelah berpikir panjang akhirnya
aku memutuskan melanjutkan pendidikanku ke jenjang profesi.
Aku pun mulai takut, aku menanyakan pada Tias dan Ros
apakah dia akan melanjutkan ke jenjang profesi atau tidak. Tias menjawab masih
ragu apakah akan melanjutkan ke jenjang profesi, sedangkan Ros memilih untuk
menyelesaikan jenjang Sarjana dan pulang ke kampung halamannya dengan beberapa
alasan. Akhirnya hanya Tias yang masih bisa ku harapkan untuk bisa menemaniku
berjuang di jenjang profesi. Aku selalu membujuk Tias untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang profesi, aku selalu membujuknya dengan mengatakan apa
yang ada dipikiranku tentang pertimbangan-pertimbanganku yang sudah ku pikirkan
berulang kali. Aku tahu sebenarnya Tias sudah mengambil keputusan bahwa dia
akan melanjutkan ke jenjang profesi, tapi aku pura-pura tidak tau dengan
keputusannya.
Selain membujuknya untuk melanjutkan ke jenjang profesi,
aku juga membujuknya untuk menyewa 1 kamar kos untuk berdua di kos yang
ditempatinya sekarang. Tujuanku untuk bisa menghemat biaya, karena nantinya aku
yakin kami akan menyewa kos lain di dekat tempat praktek nantinya sedangkan kos
dekat kampus akan sering kami tinggalkan, dan itu juga saran dari kakak tingkat
yang ku kenal. Berhari-hari aku selalu membujuk Tias dengan mengutarakan
keinginanku, selain aku ingin ada dia di sampingku saat berjuang, aku juga
ingin kami tinggal di tempat yang sama. Karena aku berpikir tanpa dia sebagai
keluargaku di sana, aku tidak akan berani melangkah sendirian lagi. Aku selalu
chat dia seakan-akan aku memaksakan kehendakku, mungkin dia sudah bosan membaca
chat yang berisi pembahasan keinginanku itu, tapi aku tidak akan menyerah
sampai dia mengambil keputusan yang pasti.
Setelah mendekati waktu wisuda akhirnya dia memutuskan
untuk melanjutkan ke jenjang profesi di kampus yang sama, aku sangat senang
saat itu, tapi dia menolak untuk menyewa 1 kamar berdua dengan beberapa alasan,
dan aku menerima alasan itu karena aku juga tahu bagaimana perasaan dan
pengalamannya saat dia tinggal di asrama dulu, dan aku memutuskan untuk tinggal
di kos yang sama dengan Tias tepatnya di kamar Ros karena setelah sarjana dia
akan pulang ke kampung halamannya.
Terkadang aku memimpikan hal-hal yang bisa menunjukkan
masa depanku, entah sejak kapan aku mempunyai kemampuan itu, dan dalam mimpiku
aku sering berdua dengan Tias dalam beberapa situasi, aku pun selalu berdoa
agar nantinya aku bisa satu kelompok dengan Tias dan orang-orang yang ku kenal
disana. Karena jujur saja, sangat sulit bagiku untuk beradaptasi dengan
orang-orang baru.
Waktu wisuda pun semakin dekat, dan seperti biasa aku dan
Tias bingung untuk membeli persiapan wisuda, kebaya dan sepatu serta salon
untuk make up wisuda. Aku dan Tias pun pergi ke beberapa tempat, hingga
akhirnya kami menemukan dan membeli heels untuk dipakai saat wisuda (walaupun
modelnya tidak seperti yang kami inginkan, tapi setidaknya hampir mendekati
keinginan kami), dan kami masih bingung dengan kebaya yang akan kami pakai. Aku
meminta ibuku membawakan kebaya (yang akhirnya dibelikan kebaya baru oleh
ibuku) dan Tias belum memutuskan akan membeli kebaya dimana, dan tentang make
up kami pun memutuskan untuk make up sendiri tanpa memakai jasa apapun.
Karena ayah dan ibuku akan ke Solo untuk menghadiri
wisuda, aku memutuskan untuk mengajak mereka jalan-jalan ke tempat wisata yang
tidak ada di Sumatera. Aku pun dibantu Tias mencari banyak informasi tentang
biaya dan waktu yang dibutuhkan, karena aku selalu berdiskusi dan mengandalkan
Tias dalam membuat planning apapun. Akhirnya telah diputuskan aku akan menyewa
mobil untuk seharian penuh, dan tujuan kami adalah Candi Borobudur di Magelang,
Candi Prambanan dan Malioboro di Yogyakarta, ya, semua itu akan kami tempuh
dalam waktu sehari dan jalan-jalan bersama orang tua tidak seperti jalan-jalan
bersama teman-temanku yang bisa ditempuh dengan sepeda motor dan mengunjungi
banyak tempat. Untuk rencana itu aku mengajak Tias dan Ros untuk ikut serta,
sayangnya Ros tidak bisa ikut dan Tias juga akan menunggu orang tuanya yang juga
akan datang. Akhirnya yang berangkat jalan-jalan hanya aku, ayah dan ibuku.
Tiga hari sebelum wisuda ayah dan ibuku sampai ke Solo
dengan naik pesawat, aku ditemani adek kos ku pun menjemput orang tua ku ke
bandara. Dan seperti biasa aku tidak berhenti berkabar dengan Ros dan Tias.
Keesokan harinya aku dan orang tuaku pergi jalan-jalan, dan Tias menunggu orang
tuanya datang yang saat itu masih di perjalanan dan akan sampai ke kos nya saat
malam hari. Hari berikutnya saatnya gladi resik pra-wisuda, ibuku menanyakan
pasar tempatnya bisa berbelanja baju dan oleh-oleh. Aku tidak tega membiarkan
ibu dan ayah pergi ke pasar sendiri, aku pun bingung dan akhirnya aku
menanyakan Tias apakah dia akan ikut gladi resik atau tidak, dan dia mengatakan
tidak akan ikut karena ingin jalan-jalan bersama keluarganya, aku pun berpikir
sejenak jika aku dan Tias tidak ikut gladi resik maka kemungkinan kami tidak
akan mengerti apa yang harus dilakukan saat prosesi wisuda. Setelah berpikir
aku memutuskan untuk menemani ibu dan ayahku berbelanja di pasar, setelah
berbelanja dengan cepat aku pergi ke kampus untuk mengikuti arahan saat gladi
resik yang saat itu akan selesai, aku pun memberikan informasi yang ku dapatkan
kepada Tias.
Keesokan harinya waktu Wisuda pun tiba, pagi-pagi sekali seperti
biasa jika ada acara kami saling mengingatkan. Aku menelepon Tias untuk
membangunkannya dan ternyata dia sudah bangun. Tias menawarkan untuk berangkat
bersama dengan mobilnya dan aku menyetujuinya. Setelah selesai berdandan dan
siap berangkat, kami pun bertemu di depan kos dan langsung menuju kampus. Orang
tua ku dan Tias saling berkenalan dan mereka tampak akrab dan memakai baju yang
warnanya hampir sama, aku pun tersenyum mengingat masa perkuliahan yang saat
itu aku dan Tias sering memakai baju yang warnanya sama.
Prosesi wisuda pun dimulai, aku dan Tias ternyata duduk
berdekatan, kursinya tepat dibelakang kursiku, begitupun kedua orang tua kami
sehingga mereka bisa sambil mengobrol bersama. Aku dan Tias hanya sempat
mengambil beberapa foto, dan hanya ada 1 foto yang hanya berdua dan 1 foto yang
bersama keluarga kami dan beberapa foto yang lainnya bersama teman-teman
sekelas kami yang saat itu hanya setengah kelas yang bisa mengikuti wisuda
periode itu. Karena terpisah, aku dan Tias pulang terpisah, Tias bersama
keluarganya sementara aku dan orang tua ku memesan mobil online untuk kembali
ke kos ku.
Sesampainya di kos Tias mengingatkan bahwa kami belum
banyak berfoto, sambil menunggu Ros dan teman-teman lainnya datang, aku Tias
dan adiknya Tias pun berfoto sebanyak yang kami inginkan sampai akhirnya Ros
dan teman-teman kami yang lain datang ke kos ku dan kami berfoto bersama. Setelah
selesai dan tidak ada lagi yang terasa kurang, aku pun memperkenalkan Ros
dengan kedua orang tua ku, sedangkan Tias bersiap dan berpamitan untuk pulang
ke kampung halaman dengan mobil pribadinya.
Malam harinya aku mengadakan acara makan-makan bersama
orang tua ku dan adek-adek kos ku. Orang tua ku makan berdua di kamarku,
sedangkan aku bersama adek-adek kos ku makan bersama dalam satu kamar sambil
bercerita banyak hal hingga larut malam. Mereka sangat senang semenjak orang
tua ku datang, orang tua ku juga sangat senang disambut baik oleh mereka. Keesokan
harinya aku dan orang tua ku pulang ke Sumatera dengan naik pesawat, dan kami
bertiga (aku, Tias dan Ros) selalu mengabari perjalanan kami sudah sampai
dimana dan bagaimana keadaan kami.
Sekian kisahku kali ini, sampai bertemu di kisah
selanjutnya ^_^
Tidak ada komentar :
Posting Komentar