Konon kabarnya,
dahulu kala hiduplah seorang gadis dari keluarga sederhana bernama Juani. Juani
merupakan gadis kampung yang elok rupawan, berkulit kuning langsat dan rambut
panjangnya yang hitam lebat. Keelokan rupa Gadis Juani sudah begitu terkenal di
kalangan masyarakat. Sehingga wajar kiranya jika banyak bujang yang berharap
bisa duduk bersanding dengannya. Namun apalah daya, Gadis Juani belum mau
menentukan pilihan hati kepada satu bujang pun di kampungnya. Hingga, pada
suatu masa, bapak Gadis Juani terpaksa menerima pinangan dari Bujang Juandan,
karena terjerat hutang dengan keluarga Bujang Juandan. Bujang Juandan adalah
pemuda dari keluarga kaya raya, namun yang menjadi masalah adalah Bujang
Juandan bukanlah pemuda tampan. Bahkan tidak sekadar kurang tampan, Bujang
Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga ia pun
dikenal sebagai Bujang Kurap.
Mendengar kabar
itu, Gadis Juani pun bersedih hati. Ia hendak menolak namun tak kuasa karena
kasihan kepada bapaknya. Berhari-hari ia menangisi nasibnya yang begitu malang.
Namun apa hendak dikata, pesta pernikahan pun sudah mulai dipersiapkan. Orang
sekampung ikut sibuk menyiapkan upacara perkawinan Gadis Juani dan Bujang
Juandan. Akhirnya malam perkawinan itu pun tiba, Gadis Juani yang cantik
dipakaikan hiasan
penganten yang begitu anggun menunggu di kamar tidurnya sambil berurai air
mata.
Ketika orang
serumah turun menyambut kedatangan arak-arakan rombongan Bujang Juandan, hati
Gadis Juani semakin hancur. Di tengah kekalutan pikiran, ia pun mengambil
keputusan, dengan berurai air mata ia keluar lewat pintu belakang dan berlari
menuju sungai. Akhirnya dengan berurai air mata Gadis Juani pun mengakhiri
hidupnya dengan terjun ke sungai. Kematiannya yang penuh derita menjadikannya
arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu Ayek yang sering mencari korban
anak-anak.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar