Dahulu kala
dilokasi tersebut merupakan sebuah desa/perkampungan. Warga desa tersebut hidup
sejahtera dan mempunyai tali persaudaraan yang kuat, sehingga tidaklah aneh
jika semua warga didesa tersebut saling mengenal pribadi satu sama lain. Sampai
suatu ketika terjadi kejadian yang diluar dugaan.
Seorang bapak
menghamili anaknya sendiri. Kejadian tersebut akhirnya diketahui masyarakat
sekitar dan membuat seluruh warga marah. Mereka mengutuk sang ayah dan anak
tersebut dan mengusir mereka dari desa. Karena terpaksa dan merasa malu maka
ayah dan anak tersebut pergi meninggalkan desa. Ketika mereka melangkahkan kaki
pergi dari desa suatu kejadian aneh terjadi.
Konon katanya
seketika tempat mereka (ayah dan anak itu) berpijak terbelah akibat gempa
dahsyat secara tiba-tiba. Sang penguasa murka dan menghukum ayah, anak, beserta
desa tersebut menjadi dua buah danau. Satu danau besar yang kemudian disebut
tolire besar (lamo) yang menggambarkan sang ayah. Satu lagi danau yang lebih kecil
yang disebut tolire kecil (ici) yang mencerminkan sang anak. Sampai sekarang
kedua danau tersebut masih ada sampai sekarang. Menurut masyarakat kedalaman
danau Tolire tidak terukur
Konon katanya
para warga desa tersebut sekarang berubah menjadi buaya putih yang melindungi
danau sampai sekarang. Penduduk setempat meyakini danau tersebut dihuni oleh
ratusan buaya putih berukuran sekitar 10 meter yang kerap kali menampakkan
dirinya. Itu sebabnya mengapa pengunjung dilarang berendam, berenang, bahkan
memancing di danau Tolire, karena mereka percaya barang siapa yang mengganggu
danau akan menjadi mangsa buaya putih.
Buaya putih
hanya bisa dilihat oleh orang2 tertentu yang memiliki hati yang bersih, jadi
tidak semua orang bisa melihatnya. Tapi memang ada beberapa wisatawan yang bisa
melihat Buaya Putih tersebut.
Pernah suatu
ketika seorang perantau dari luar negeri tidak percaya akan adanya legenda
tersebut. Dia memaksa untuk berenang di danau tersebut untuk membuktikan
kebenaran legenda itu walaupun sudah dilarang warga. Diapun akhirnya berenang
di danau dan hilang begitu saja. Warga percaya kalau perantau itu telah
dimangsa oleh buaya putih.
Danau ini juga
menyimpan keanehan lainnya. Katanya jika kita melempar benda ke danau tersebut
sekeras apapun benda tersebut tidak akan pernah menyentuh permukaan danau.
Kebanyakan wisatawan yang datang ke danau ini tidak hanya menikmati pemandangan
tetapi juga ingin mencoba kebenaran legenda setempat.
Akibatnya
disekeliling danau dijual batu kerikil khusus untuk dilempar kedalam danau.
Benar saja, tidak ada satu orang pun yang berhasil menyentuh permukaan danau.
Batu yang dilempar seperti ditahan oleh kekuatan gravitasi tertentu. Menurut
penduduk setempat kekuatan Buaya Putihlah yang menahan batu2 tersebut agar
tidak mengenai permukaan danau.
Apakah yang
menyebabkan batu2 itu bisa tertahan? apakah mungkin ada kekuatan gaib yang
menahannya???
Menurut pendapat
saya mungkin didasar kedalaman danau tersebut terdapat suatu gas atau zat
tertentu yang dapat mengurangi kekuatan gravitasi sehingga terasa seperti
melayang (apalagi batu kerikil). Kalau mengenai Buaya Putih selama saya belum
pernah melihat sendiri jadi saya tidak percaya, tapi memang Indonesia kaya akan
hal2 gaib seperti ini, ada yang nyata ada juga yang tidak, jadi mungkin
keberadaan buaya putih itu memang ada. Yang harus diperhatikan adalah semua
legenda pasti berasal dari kisah/kejadian nyata yang mungkin salah
diinterpretasikan.
Namun itu hanya
pendapat saya, mungkin benar mungkin juga tidak. Satu hal yang pasti, karena
kemisteriusannya itu danau Tolire sampai sekarang belum pernah diteliti secara
serius. Kedalaman danaunya saja belum diketahui, apalagi yang terkandung
didalamnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar