Dulu
sekali, di jaman kerajaan, istana, monster, naga dan cincin ajaib, hidup
seorang laki-laki tua yang pekerjaannya bercerita kepada tua muda, cerita
dongeng tentang apa saja. Si pendongeng berkelana dari desa ke desa dengan tas
kulit di bahunya. Ia akan bercerita dengan imbalan makanan hangat dan tempat
untuk tidur. Setiap dongeng ia ceritakan dengan sepenuh hati. Memang dongeng
itu harus diceritakan, karena kalau tidak dongeng itu akan hilang bersama
debu-debu.
Di
sebuah desa, penduduknya begitu bersemangat menyambut kedatangan si pendongeng.
Pak walikota telah membuka balai desa dan mengumumkan digelarnya pesta desa.
Semua orang datang ke pesta itu untuk makan, minum, dan tentunya mendengar
cerita si pendongeng. Diantara mereka, ada seorang gadis muda, gadis dari
peternakan. Ia sibuk mengumpulkan makanan di celemek yang dipakainya. Makanan
itu untuk kakaknya, yang sedang berbaring sakit di rumah. Gadis itu dan
kakaknya tinggal berdua saja.
Ketika
si pendongeng memasuki balai desa, semua orang bersorak gembira. “Ayo,
pendongeng, berceritalah!” pendongeng itu tersenyum. Meletakkan tas kulitnya di
atas meja. Ia buka perlahan-lahan, terlihat banyak batu cantik di dalamnya. Ia
lalu mengambil sebuah batu ungu. Si pendongeng mendekap batu tersebut di
dadanya. Ia pun mulai bercerita,
Pendongeng
: Pada suatu hari, di sebuah hutan, seekor rubah bertemu dengan seekor beruang.
Rubah tak pernah melihat beruang seperti itu, karena beruang ini terlihat
begitu gembira. Wajahnya cerah sekali…
Penduduk
desa terus mendengarkan dengan seksama. Ketika dongeng itu selesai, mereka
meminta diceritakan satu dongeng lagi. Kali ini mereka meminta dongeng tentang
cinta.
Pendongeng
: Di sebuah kerajaan yang jauh sekali, tinggal tiga gadis bersaudara. Ketiganya
memiliki kegemaran yang berbeda-beda. Yang sulung sangat gemar berkebun. Di
halaman rumah mereka, bunga-bungaan tumbuh dengan indahnya…
Ketika
ia bercerita, mata semua yang mendengarkan berkaca-kaca karena haru. Hanya satu
orang yang tidak tersentuh dengan cerita itu. Yaitu seorang pencuri yang
mengincar batu-batuan milik si pendongeng. Ia berhasil mengambil beberapa buah
batu dan menyimpannya di kantong. Namun, ketika hendak dijual, batu-batu itu
berubah menjadi batu biasa..
Pendongeng
: Itu adalah batu cerita. Tidak bisa dijual. Tanpa sebuah cerita, itu hanya
menjadi sebuah batu biasa...
Pendongeng
bersiap-siap untuk bercerita lagi. Kali ini dongeng tentang harapan.
Pendongeng
: Pada suatu masa, di suatu tempat, tinggalah seorang gadis desa. Walaupuan
tidak dandan, ia cantik sekali. Gadis itu rajin bekerja membantu orangtuanya…
Ketika
dongeng itu selesai, gadis peternakan mendekati si pendongeng. Ia minta si
pendongeng bercerita untuk kakaknya yang sakit. Pendongeng itu diam sejenak
lalu berkata : “Kamu saja yang bercerita. Pasti sama bagusnya dengan aku.”
Ia
lalu memberikan sebuah batu biasa kepada gadis itu. Dengan senang hati, gadis
itu pulang ke rumahnya. Kakaknya sedang berbaring lemah di tempat tidur. Ia
lalu menceritakan kembali cerita si pendongeng, sambil menggenggam batu tadi.
Ketika dongengnya selesai, wajah kakaknya terlihat lebih cerah.
Setiap
malam, gadis itu menceritakan dongeng kepada kakaknya. Dan setiap hari pula,
keadaan kakaknya membaik, hingga akhirnya sembuh. Ketika matahari pagi muncul,
sinarnya menyinari keduanya yang tertidur lelap. Dan di tangan si gadis
peternakan, terdapat sebuah batu cantik, batu emas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar