Home

Kamis, 25 Agustus 2016

Pangeran Kodok

Pada suatu waktu, hidup seorang raja yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik, tetapi anak gadisnya yang paling bungsulah yang paling cantik. Ia memiliki wajah yang sangat cantik dan selalu terlihat bercahaya. Ia bernama Mary. Di dekat istana raja terdapat hutan yang luas serta lebat dan di bawah satu pohon limau yang sudah tua ada sebuah sumur. Suatu hari yang panas, Putri Mary pergi bermain menuju hutan dan duduk di tepi pancuran yang airnya sangat dingin. Ketika sudah bosan sang Putri mengambil sebuah bola emas kemudian melemparkannya tinggi-tinggi lalu ia tangkap kembali. Bermain lempar bola adalah mainan kegemarannya.
Namun, suatu ketika bola emas sang putri tidak bisa ditangkapnya. Bola itu kemudian jatuh ke tanah dan menggelinding ke arah telaga, mata sang putri terus melihat arah bola emasnya, bola terus bergulir hingga akhirnya lenyap di telaga yang dalam, sampai dasar telaga itu pun tak terlihat. Sang Putri pun mulai menangis. Semakin lama tangisannya makin keras. Ketika ia masih menangis, terdengar suara seseorang berbicara padanya, ”Apa yang membuatmu bersedih tuan putri? Tangisan tuan Putri sangat membuat saya terharu. Sang Putri melihat ke sekeliling mencari darimana arah suara tersebut, ia hanya melihat seekor kodok besar dengan muka yang jelek di permukaan air. “Oh… apakah engkau yang tadi berbicara kodok? Aku menangis karena bola emasku jatuh ke dalam telaga”. “Berhentilah menangis”, kata sang kodok. Aku bisa membantumu mengambil bola emasmu, tapi apakah yang akan kau berikan padaku nanti?”, lanjut sang kodok.
“Apapun yang kau minta akan ku berikan, perhiasan dan mutiaraku, bahkan aku akan berikan mahkota emas yang aku pakai ini”, kata sang putri. Sang katak menjawab, “aku tidak mau perhiasan, mutiara bahkan mahkota emasmu, tapi aku ingin kau mau menjadi teman pasanganku dan mendampingimu makan, minum dan menemanimu tidur. Jika kau berjanji memenuhi semua keinginanku, aku akan mengambilkan bola emasmu kembali”, kata sang kodok. “Baik, aku janji akan memenuhi semua keinginanmu jika kau berhasil membawa bola emasku kembali.” Sang putri berpikir, bagaimana mungkin seekor kodok yang bisa berbicara dapat hidup di darat dalam waktu yang lama. Ia hanya bisa bermain di air bersama kodok lainnya sambil bernyanyi. Setelah sang putri berjanji, sang kodok segera menyelam ke dalam telaga dan dalam waktu singkat ia kembali ke permukaan sambil membawa bola emas di mulutnya kemudian melemparkannya ke tanah.
Sang Putri merasa sangat senang karena bola emasnya ia dapatkan kembali. Sang Putri menangkap bola emasnya dan kemudian berlari pulang. “Tunggu… tunggu,” kata sang kodok. “Bawa aku bersamamu, aku tidak dapat berlari secepat dirimu”. Tapi percuma saja sang kodok berteriak memanggil sang putri, ia tetap berlari meninggalkan sang kodok.
Sang kodok merasa sangat sedih dan kembali ke telaga. Keesokan harinya, ketika sang Putri sedang duduk bersama ayahnya sambil makan siang, terdengar suara lompatan ditangga marmer. Sesampainya di tangga paling atas, terdengar ketukan pintu dan tangisan, ”Putri, putri bukakan pintu untukku”. Sang putri bergegas menuju pintu. Tapi ketika ia membuka pintu, ternyata di hadapannya sudah ada sang kodok. Karena kaget ia segera menutup pintu keras-keras. Ia kembali duduk di meja makan dan kelihatan ketakutan. Sang Raja yang melihat anaknya ketakutan bertanya pada putrinya,”Apa yang engkau takutkan putriku? Apakah ada raksasa yang akan membawamu pergi?” “Bukan ayah, bukan seorang raksasa tapi seekor kodok yang menjijikkan”, kata sang putri. “Apa yang ia inginkan?” tanya sang raja pada putrinya.
Kemudian sang putri bercerita kembali kejadian yang menimpanya kemarin. “Aku tidak pernah berpikir ia akan datang ke istana ini..”, kata sang Putri. Tidak berapa lama, terdengar ketukan di pintu lagi. “Putri…, putri, bukakan pintu untukku. Apakah kau lupa dengan ucapan mu di telaga kemarin?” Akhirnya sang Raja berkata pada putrinya,”apa saja yang telah engkau janjikan haruslah ditepati. Ayo, bukakan pintu untuknya”. Dengan langkah yang berat, sang putri bungsu membuka pintu, lalu sang kodok segera masuk dan mengikuti sang putri sampai ke meja makan. “Angkat aku dan biarkan duduk di sebelahmu”, kata sang kodok. Atas perintah Raja, pengawal menyiapkan piring untuk kodok di samping Putri Mary. Sang kodok segera menyantap makanan di piring itu dengan menjulurkan lidahnya yang panjang. “Wah, benar-benar tidak punya aturan. Melihatnya saja membuat perasaanku tidak enak,” kata Putri Mary.

Sang Putri bergegas lari ke kamarnya. Kini ia merasa lega bisa melepaskan diri dari sang katak. Namun, tiba-tiba, ketika hendak membaringkan diri di tempat tidur…. “Kwoook!” ternyata sang kodok sudah berada di atas tempat tidurnya. “Cukup kodok! Meskipun aku sudah mengucapkan janji, tapi ini sudah keterlaluan!” Putri Mary sangat marah, lalu ia melemparkan kodok itu ke lantai. Bruuk! Ajaib, tiba-tiba asap keluar dari tubuh kodok. Dari dalam asap muncul seorang pangeran yang gagah. “Terima kasih Putri Mary… kau telah menyelamatkanku dari sihir seorang penyihir yang jahat. Karena kau telah melemparku, sihirnya lenyap dan aku kembali ke wujud semula.” Kata sang pangeran. “Maafkan aku karena telah mengingkari janji,” kata sang putri dengan penuh sesal. “Aku juga minta maaf. Aku sengaja membuatmu marah agar kau melemparkanku,” sahut sang Pangeran. Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya sang Pangeran dan Putri Mary mengikat janji setia dengan menikah dan merekapun hidup bahagia.

Sabtu, 20 Agustus 2016

Subtitle Indonesia AKB48 Team A 3rd Stage - Dareka no tame ni

Moon akan berbagi subtitle lagi, moon ingatkan lagi ya, karena semua koleksi moon resolusinya rata-rata 480p jadi sesuaikan aja ya bagi yang mau download,,
Hasil gambar untuk cover album akb48 stage 3 team a Hasil gambar untuk akb48 stage 3 team a
Kali ini moon berbagi subtitle stage dari Team A yang dilambangkan dengan warna pink dan dengan image sebagai seorang sosok idol yang sempurna.
Stage ini adalah stage ketiga Team A dengan nama stage “Dareka no tame ni”. Pertunjukan pertama stage ini dimulai dari 20.08.2006 sampai 25.01.2007 di Stage AKB48 yang terletak di Akihabara. Stage “Dareka no tame ni” merupakan stage original milik Team A yang ke-tiga.
Saat stage “Dareka no tame ni”, membernya pun masih member original generasi pertama bersama satu-satunya member generasi 1,5 yang bernama Mariko Shinoda. Lagu yang dinyanyikan di stage “Dareka no tame ni” yang berjudul “Rider” merupakan lagu yang diciptakan untuk fans AKB48 yang meninggal, moon lupa namanya siapa. Dan satu lagi lagu yang digunakan untuk menghibur sekaligus untuk membantu para korban bencana gempa dan tsunami di jepang saat itu, lagunya berjudul “Dareka no tame ni ~What can I do for someone?~”. wah, para member benar-benar berjiwa sosial ya, peduli pada para fans, walaupun saat itu mereka belum terlalu terkenal.

Untuk mendownload subtitle AKB48 Team A 3rd Stage – Dareka no tame ni ini silahkan dengan mengklik download di bawah ini.



Mohon jangan mengatasnamakan atau mengganti nama hak ciptanya ya, karena moon susah bikin subtitlenya, jadi mohon hargai hasil kerja keras moon ya ^_^ arigatou...

Kamis, 18 Agustus 2016

Cinderella

Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela oleh kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu trinya. Dia selalu disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.
Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan tersebut ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak kegirangan. “Horeeee….. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin, agar pangeran suka denganku”, teriak kedua kakak Cinderela.
Mendengar teriakan kakak-kakaknya tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela sangat sedih, karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu. “Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?”, teriak kakaknya.
Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah siap berangkat. Cinderela hanya bisa memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih sekali,karena tidak dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan membayangkan meriahnya pesta tersebut. “Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan senang sekali”, gumam Cinderela. Tidak berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari belakangnya. “Janganlah engkau menangis Cinderela”.
Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik. Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum padanya. “Kamu pasti bisa datang ke pesta itu Cinderela”, kata peri itu. “Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudara-saudaraku juga sudah berangkat.”, Tanya Cinderela pada peri itu.
“Tenanglah Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal kepadaku", kata peri itu. Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Cinderela pun disulap menjadi Putri yang sangat cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.
"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam, jadi kamu harus pulang sebelum pukul dua belas”,kata peri itu. "Ya ibu peri. Terimakasih", jawab Cinderela. Setelah semuanya sudah siap, kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantik sekali putri itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka.
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran.
Karena terlalu senag dan menikmati pesta itu, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, Cinderela terjatuh dan sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh berpakaian tidak bagus lagi, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Iya akulah wanita yang dicari pangeran”,kata Cinderela. “Selamat Cinderela!” Mendengar kata itu, Cinderela lalu menoleh kebelakang, dan dilihatnya ibu peri sudah berada di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran di istana.

Sim salabim!.," katanya peri tersebut.  Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun yang sangat bagus. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang sampai kapanpun Cinderela”, kata sang peri. Cinderela kemudian dibawa oleh pengawal istana untuk bertemu dengan sang pangeran. Sesampainya di Istana, Pangeran sangat senang sekali,dan menyambut kedatangan Cinderela. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia di dalam Istana.

Kamis, 11 Agustus 2016

Orang Tua Beristri Anak Remaja

Alkisah, ada seorang lelaki tua kaya raya yang baru saja di tinggal mati oleh isterinya. Namun, walau telah berusia lanjut, apabila melihat perempuan muda gairahnya kembali bergejolak. Dan, dengan pengaruh kekayaannya itulah ia kemudian membujuk sebuah keluarga miskin untuk mengawinkan anak gadis mereka yang masih remaja dengan dirinya. Si gadis yang akan dikawin sebenarnya merasa muak melihat lelaki tua bangka itu. Namun, karena orang tuanya memaksa, maka ia pun akhirnya mau menerimanya.
Sesudah kawin, dan malam harinya hendak didekati oleh suaminya, perempuan muda itu berkata, “Aku akan izinkan engkau mendekat, jika engkau membelikan barang yang aku minta.”
Apabila keesokan harinya telah dibelikan dan pada malam harinya akan diajak tidur oleh suaminya, perempuan itu pun akan meminta suatu barang lagi. Dan, jika tidak diiyakan, suaminya tidak diizinkan masuk ke dalam kamar. Kalau pun diizinkan, si suami hanya boleh duduk di pinggir kasur saja. Begitulah seterusnya, si perempuan tetap menjadi gadis (perawan), namun telah memiliki pakaian, perhiasan, dan perabot rumah tangga yang sangat lengkap. Sebaliknya, sang suami semakin bertambah tua dan hartanya semakin terkuras.
Suatu hari, saat si perempuan akan pergi ke pekan, secara kebetulan ia melihat seorang pemuda yang gagah dan tampan lewat di depan rumahnya. Pemuda itu juga akan pergi ke pekan. Si perempuan dengan cepat keluar dari rumahnya dan mengikuti pemuda itu dari belakang.
Sesampainya di pekan, pandangan si perempuan tidak tertuju pada barang-barang yang diperjual-belikan, melainkan hanya pada si pemuda itu. Ke mana saja pemuda itu pergi, si perempuan selalu saja mengikutinya. Dan, pada saat berada di tengah keramaian, si perempuan pun dengan sengaja menyentuh lengan pemuda itu.
Oleh karena berada di tengah keramaian, dan tidak tahu siapa yang menyentuh siapa, maka si pemuda berkata pada perempuan itu, “Maaf, aku telah menyentuhmu.” “Ah, tidak apa-apa. Jangan pergi ke pekan kalau tak mau bersentuh-sentuhan,” jawab si perempuan.
Setelah meminta maaf, si pemuda pergi lagi berkeliling untuk mencari barang yang dibutuhkannya. Sementara si perempuan tetap mengikutinya dari belakang. Dan, saat si pemuda telah berada di tengah keramaian lagi, si perempuan buru-buru menyentuh lengannya. “Maaf, aku menyentuhmu lagi,” kata si pemuda “Ah, tidak apa-apa,” jawab si perempuan.
Setelah itu, si pemuda meneruskan kembali pencariannya dan berhenti di depan warung yang menjual beraneka macam tembakau. Di tempat itu, ia mengambil dan mencoba beberapa jenis tembakau. Saat si pemuda tengah menikmati asap tembakau yang dipilihnya itu, si perempuan yang dari tadi mengikutinya dari belakang tiba-tiba berkata, “Pak penjual, tolong berikan saya satu linting tembakau seperti yang tengah dicoba oleh orang ini!”
Sesudah diberikan oleh si penjual dan sama-sama menikmati asap tembakau, perempuan itu lalu menanyakan kepada si pemuda, “Bagaimana rasanya tembakau yang kamu coba itu?” “Aku rasa cukup baik, tembakau jenis inilah yang selalu aku beli,” jawab si pemuda. Kemudian, berkatalah si perempuan pada penjual tembakau, “Kalau begitu, tolong bungkuskan sepotong tembakau seperti yang tengah aku hisap ini, pak.”
Tanpa berkata apa-apa, si penjual langsung membungkus sepotong tembakau dan akan diberikan kepada perempuan itu. Tetapi dengan cekatan, si pemudalah yang menyambutnya, kemudian dilanjutkan kepada si perempuan. Saat ia menyodorkan uang, si pemuda segera mengatakan, “Tidak usah, aku saja nanti yang membayarnya.” “Wah saya memberati sepupu,” si perempuan pun sudah mulai menyapa “sepupu”. “Singgah di rumah kalau engkau kebetulan lewat,” perempuan itu melanjutkan. Si pemuda menjawab, “Baiklah, nanti lain waktu aku akan ke rumahmu”
Satu minggu kemudian, pada waktu hari pasaran berikutnya, si perempuan sengaja berdandan pagi-pagi dan kemudian duduk di jendela, menunggu si pemuda lewat. Tiada berapa lama, lewatlah si pemuda, lalu dipanggilnya, “Singgahlah sepupu, inilah rumah kami.” Oleh karena rumah itu hanya memakai dinding sekat, suaminya menyahut dari ruang tamu, “Lelaki mana yang engkau panggil naik ke rumah?” “Dia adalah sepupuku. Anak familiku yang tinggal di kampung sebelah,” jawab isterinya berbohong. “Kalau begitu, suruhlah dia naik ke rumah,” kata suaminya.
Tanpa menghiraukan kata-kata suaminya, perempuan itu memanggil lagi si pemuda, “Singgahlah dahulu ke rumah kami, sepupu.” “Ya, nanti sekembalinya aku dari pekan,” jawab si pemuda.
Setelah mendapat jawaban dari si pemuda, perempuan itu langsung ke dapur untuk menggoreng pisang dan merebus air. Dan, ketika pisang dan air telah matang, ia pun segera kembali duduk di jendela kamarnya, menunggu pemuda tadi lewat lagi di depan rumahnya. Saat si perempuan melihat si pemuda telah kembali dari pekan, maka segera ia berteriak, “Hai sepupu, segeralah singgah ke rumah kami. Engkau sudah lama kami tunggu!”
Tanpa berkata-kata, si pemuda lalu membelok menuju rumah perempuan itu. Setelah sampai di muka rumah, ia kemudian dipersilakan duduk di serambi, sementara si perempuan segera masuk ke rumah untuk mengambil minum dan juga pisang goreng. Pada waktu di dalam rumah, ia melihat suaminya sedang berpakaian untuk menyambut tamu yang tadi dikatakan sebagai sepupu dari isterinya. Ia kemudian menegur suaminya, “Tidak usahlah engkau keluar. Nanti sepupuku akan terkejut dan akan mengatakan kepada orang-orang di desanya bahwa suami sepupunya adalah seorang lelaki yang telah tua bangka. Lagi pula, engkau belum mandi. Di matamu itu masih ada kotoran yang meleleh.”
Teguran perempuan itu akhirnya membuat suaminya urung menyambut tamu yang sudah duduk di serambi rumah. Ia kemudian melepaskan lagi baju yang telah dikenakannya dan duduk di kursi yang ada di dalam kamar tidurnya.

Singkat cerita, si perempuan akhirnya dapat berbincang-bincang dengan si pemuda dengan leluasa. Sementara suaminya hanya duduk terpekur sambil merenungi nasibnya. Hartanya telah habis terkuras, namun belum sempat sekali pun ia berhasil menggauli isterinya. Bahkan, si isteri malah tertarik dengan lelaki lain yang jauh lebih muda dan tampan dari dirinya.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Subtitle Indonesia AKB48 Team K 2nd Stage – Seishun Girls

Moon akan berbagi subtitle lagi, moon ingatkan lagi ya, karena semua koleksi moon resolusinya rata-rata 480p jadi sesuaikan aja ya bagi yang mau download,,
Hasil gambar untuk akb48 stage 2 team kHasil gambar untuk akb48 stage 2 team k
Kali ini moon berbagi subtitle stage dari Team K yang dilambangkan dengan warna hijau dan dengan image sebagai team yang paling energik dan powerfull yang tampil dengan selalu mengandalkan gerakan koreografi yang penuh semangat.
Stage ini adalah stage kedua Team K dengan nama stage “Seishun Girls”. Pertunjukan pertama stage ini dimulai dari 08.07.2006 sampai 06.11.2006 di Stage AKB48 yang terletak di Akihabara. Stage “Seishun Girls” merupakan stage original milik Team K yang pertama setelah debut mereka yang pertama dengan menggunakan stage dari Team A. Stage “Seishun Girls” juga pernah digunakan oleh Team B saat debut pertama mereka pada 08.04.2007.
Saat stage “Seishun Girls” pertama kali dimulai, member Team K masih member original generasi kedua yang saat itu belum ada sistem resuffle member. Lagu yang berjudul “Yakusoku yo” merupakan lagu yang menceritakan tentang janji antara para member dengan para fans.

Untuk mendownload subtitle AKB48 Team K 2nd Stage – Seishun Girls ini silahkan dengan mengklik download di bawah ini.



Mohon jangan mengatasnamakan atau mengganti nama hak ciptanya ya, karena moon susah bikin subtitlenya, jadi mohon hargai hasil kerja keras moon ya ^_^ arigatou...

Kamis, 04 Agustus 2016

Asal Usul Lintah

Alkisah, hiduplah sebuah keluarga dengan seorang anak lelakinya bernama I Karma. Setiap fajar menyingsing, Pan Karma (ayah I Karma) dan I Karma selalu pergi ke ladang mereka yang letaknya di tepi sebuah hutan. Sesampai di ladang, keduanya berpisah. Pan Karma langsung mengambil cangkul dan mulai mencangkul ladangnya, sedangkan I Karma meneruskan perjalanannya ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar. Setelah siang, I Karma akan kembali ke ladang untuk makan siang yang dibawa oleh Men Karma (ibu I Karma). Apabila hari telah sore, mereka pun pulang. Begitulah kegiatan keluarga itu setiap harinya.
Setelah tanaman ladang yang berupa padi ladang berumur empat bulan, maka tibalah waktu untuk mengetam. Men Karma yang selalu menghitung hari sejak padi mulai ditanam hingga telah berumur empat bulan pun bertanya kepada suaminya, “Pak, kapankah kita akan mulai mengetam?” “Dua hari lagi,” jawab Pan Karma.
Dua hari kemudian, sebelum fajar menyingsing, Men Karma telah sibuk di dapur mempersiapkan bekal untuk bekerja di ladang. Setelah semuanya siap, berangkatlah mereka ke ladang. Sesampainya di ladang, Men Karma, Pan Karma dan I Karma mulai mengetam padi. Namun hingga hari telah senja, ternyata pekerjaan itu belum selesai. Oleh karena itu, Pan Karma bersama isteri dan anaknya memutuskan untuk bermalam di pondok yang ada di ladang itu. Tidak berapa lama kemudian, karena terlalu lelah, mereka pun telah tertidur lelap.
Saat tengah malam, ketika sedang tidur lelap, Pan Karma didatangi oleh seorang kakek. Ia dibangunkan dan disuruh duduk di depan kakek itu. Setelah itu, si kakek berkata, “Nah, Pan Karma, terimalah pemberianku ini yang berupa sebotol minyak untuk menjaga rumah. Gantungkanlah di atap rumahmu. Minyak itu dijaga oleh seorang perempuan.” Setelah mengucapkan kata-kata dan memberikan sebotol minyak, kakek itu lenyap dengan tiba-tiba.
Keesokan harinya, pekerjaan mengetam padi dilanjutkan kembali. Setelah selesai, mereka bersiap-siap untuk membawa padi itu pulang. Sebelum berangkat mereka pun beristirahat. Sambil beristirahat Pan Karma menceritakan pengalamannya semalam kepada isterinya, “Men Karma, semalam aku memperoleh anugerah dari seorang kakek berupa botol minyak untuk menjaga rumah. Kakek itu mengatakan bahwa minyak ini hendaklah dipelihara baik-baik dan digantungkan di atap rumah kita.”
“O, baik benar kakek itu. Hendaklah kita simpan minyak itu dengan baik, agar dapat diwariskan kepada anak ataupun keturunan kita selanjutnya,” kata Men Karma.
Setelah agak sore, mereka pun berangkat pulang. Dan setiba di rumah, Men Karma dan I Karma segera memasukkan padi mereka ke lumbung yang ada di samping rumang. Sedangkan Pan Karma segera masuk ke dalam rumah untuk menggantungkan minyak itu di atap rumah. Setelah menggantung minyak pemberian si kakek, ia keluar dan ikut membantu isteri dan anaknya memasukkan padi ke lumbung.
Demikianlah kehidupan mereka. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun pun berganti tahun. Suatu ketika, Pan Karma akhirnya meninggal dunia. Dan, tidak berapa lama kemudian Men Karma pun ikut meninggal dunia.
Sebelum Men Karma meninggal, ia sempat berpesan kepada anaknya, “Anakku, kukira umurku sudah tak lama lagi. Ada suatu hal yang harus ibu wasiatkan kepadamu. Bila ibu sudah tiada lagi, ingatlah pesanku ini. Ayahmu meninggalkan sebotol minyak dan digantung pada atap rumah. Simpanlah minyak itu baik-baik. Ia akan menemanimu menempati rumah ini, bila ibu sudah tiada lagi.” “Minyak apakah itu ibu?” tanya I Karma. “Bila nanti ibu meninggal, di sanalah saatnya kau mengetahui isi botol itu.”
Setelah memberikan penjelasan seperti itu, beberapa hari kemudian Men Karma pun meninggal dunia. Setelah kedua orang tua I Karma meninggal dunia, I Karma semakin giat bekerja di ladang. Pagi-pagi benar ia telah berada di ladang, dan bila hari sudah mulai senja ia pun pulang. Begitulah hari demi hari dijalani oleh I Karma, sampai suatu ketika, setelah tiba di rumah, ia menjumpai hidangan yang telah siap untuk dimakan, lengkap dengan nasi dan lauk pauknya.
Melihat hidangan lezat itu, I Karma pun berpikir, “Siapakah yang mempersiapkan hidangan ini? Kelihatannya sangat istimewa. Siapakah yang mempersiapkannya? Ah, sebaiknya kumakan saja apa yang ada, bukankah ini rumahku?”
Keesokan harinya, seperti biasa, pergilah I Karma ke ladang lagi. Dan bila senja telah tiba ia pun pulang. Setelah tiba di rumah ia merasa sangat heran. Semua peralatan kotor yang ditinggalkannya telah bersih dan teratur rapi. Dan, sebelum ia sempat berpikir, telah dilihatnya pula hidangan yang lengkap tersedia untuk dimakan. Ia pun berpikir dalam hati, “Siapa yang menyediakan hidangan ini. Ah, lebih baik besok akan kuintip, agar kutahu siapa sebenarnya yang mempersiapkan hidangan ini.”
Demikianlah, keesokan harinya I Karma bersiap-siap untuk ke ladang. Tetapi setelah sampai di tengah perjalanan ia segera kembali pulang untuk mengetahui siapa sebenarnya yang mempersiapkan hidangan itu. Setelah di rumah ia mulai mengintip. Dan ia sangat terkejut ketika di dapur melihat seorang perempuan cantik sedang sibuk memasak. Kemudian I Karma perlahan-lahan mendekatinya dan tiba-tiba menangkap pinggang perempuan cantik itu.
Terasa ada sentuhan di badannya, wanita itu terkejut sambil melirik dan segera bertanya dengan suara lembut, “Siapakah yang berani memegang tubuhku?” “Aku, I Karma.” jawab I Karma.  “Tolong lepaskan aku.” kata gadis itu. “Aku tak mau melepaskanmu. Siapakah kau sebenarnya?” kata I Karma. “Aku bernama Ni Utami.” Jawab gadis itu. “Apabila aku lepaskan, apakau kau akan meninggalkan aku?” Tanya I Karma.
“O, tidak. Aku tak akan meninggalkan engkau. Aku selalu sedia melayanimu, karena engkau sudah memergoki aku.” jawab gadis itu. “Jadi kau bersedia menemani aku. Benarkah katamu itu? Aku sangat berterima kasih padamu.” sahut I Karma. “Ya, benar. Aku berjanji untuk mendampingimu. Tetapi ingatlah. Bila aku sudah mendampingimu, tidakkah kau berniat memperisteriku?” Tanya gadis itu. “Jika mungkin, aku memang akan mengharapkan agar engkau bersedia berumah tangga dengan aku.” jawab I Karma. “Ya, baiklah. Aku bersedia. Tetapi ingatlah. Bila aku telah mempunyai seorang anak, berhati-hatilah menjagaku serta menjaga anakku. Demikianlah permintaanku kepadamu. Tepatilah sungguh-sungguh.” pinta gadis itu. “Baiklah. Aku akan selalu mentaati apa yang telah kau katakan itu.” janji I Karma.
Singkat cerita, I Karma dan Ni Utami pun menikah dan beberapa tahun kemudian mereka mempunyai seorang anak.
Pada suatu hari, I Karma teringat akan wasiat ibunya mengenai botol minyak yang digantung di atap rumahnya. I Karma kemudian naik ke atap rumah dan mengambil botol tersebut. Namun isi di dalam botol itu telah tiada, sehingga I Karma bertanya kepada isterinya, “Mengapa botol minyak itu kosong? Adakah kau pergunakan isinya?” “Tak ada. Aku tak pernah mempergunakan minyak. Tidakkah botol itu memang kosong?” kata istrinya. “Ah, tak apa. Mungkin memang sudah menguap karena terkena panas,” jawab I Karma.
Setelah percakapan itu I Karma menuju ke ladang untuk menanam padi. Siang harinya datanglah Ni Utami bersama bayinya ke ladang mengantarkan makan siang. Saat bertemu I Karma, sambil menggendong bayinya Ni Utami berkata, “Istirahatlah dulu. Aku mengantarkan hidangan untukmu.” “Baiklah. Tunggulah sebentar. Aku hendak menyelesaikan pekerjaan ini,” jawab I Karma. “Nanti disambung lagi, hari sangat terik,” kata Ni Utami.
I Karma tidak menghiraukan kata-kata isterinya, ia tetap bekerja. Beberapa saat kemudian, karena haus I Karma menyuruh isterinya mengambil air pada sebuah mata air yang letaknya agak jauh dari ladang mereka.
Mula-mula isterinya menolak, “Janganlah aku disuruh mengambil air. Hari amat panas. Aku tidak tahan kepanasan.” “Kalau kau tak tahan mengapa datang ke mari. Lebih baik pulanglah. Bukankah kau tahu di ladang memang panas,” kata suaminya bernada marah dan mendesaknya terus untuk segera pergi mengambil air.
Karena tak tahan oleh desakan itu, akhirnya Ni Utami berangkat menuju ke mata air, sambil meninggalkan pesan, “Baiklah, aku akan pergi. Tetapi kau akan menyesal.” Selanjutnya, Ni Utami berangkat menyusuri pematang menuju ke sebuah mata air. Jalannya sempoyongan dan tiba-tiba tersungkur jatuh ke mata air. Saat jatuh itu badannya hancur, meleleh terpencar di atas permukaan air. Ni Utama sebenarnya adalah penunggu botol minyak yang diberikan oleh si kakek misterius kepada Pan Karma sewaktu bermalam di ladang. Jadi, tubuh Ni Utami meleleh karena ia memang berasal dari minyak kelapa.
Karena telah lama ditinggalkan di ladang bersama ayahnya, anak Ni Utami merasa haus dan mulai menangis. I Karma terkejut melihat anaknya menangis. Karena tak tahan mendengar tangisan, ia pun mengambil anak tersebut serta memanggil isterinya, “Utami, Utami. Di manakah kau. Lama benar kau pergi.”
Namun, karena panggilan tersebut tidak juga dijawab oleh Ni Utami, I Karma lalu berangkat menyusul isterinya. Saat sampai di dekat mata air, tiba-tiba ia terkejut melihat minyak kelapa terpencar di atas permukaan air. Dan, teringatlah ia akan wasiat ibunya sebelum meninggal, bahwa ayahnya meninggalkan minyak di dalam botol. Ia baru sadar bahwa minyak yang dirawiskan oleh ayahnya itulah yang menjelma menjadi isterinya. I Karma merasa menyesal menyuruh isterinya mengambil air pada saat sinar matahari sedang panas menyengat.
Sementara itu, anak yang digendongnya terus saja menangis tak henti-hentinya. Segala usaha untuk membuatnya berhenti menangis tidak berhasil. I Karma tiba-tiba naik darah. Ia lupa akan dirinya. Dengan cepat dijangkaunya parang yang ada dipinggangnya, dan langsung mencincang bayi itu. Setelah itu lapanglah dada I Karma.
Beberapa bulan kemudian, karena merasa kesepian ditinggal anak dan isterinya, I Karma menikah lagi. Singkat cerita, setelah sekian lama menikah mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Suatu hari, ketika sedang berada di kamar mereka, isterinya berkata, “Suamiku, mengapa kita tak bisa mempunyai anak. Aku sangat menginginkannya.” “Jika demikian, marilah kita pergi memohon kepada Tuhan di tempat-tempat suci. Semoga kita berhasil memperoleh anak,” jawab I Karma. “Baiklah, aku akan membuat canang genten (sejenis sesajen). Untuk sesajen di tempat suci. Semoga Tuhan memberkahi kita,” kata isterinya.
Setelah semuanya selesai, esok paginya berangkatlah mereka menuju ke sebuah tempat suci untuk memohon seorang anak. Sebelum sampai di tempat suci yang dituju, di tengah jalan bertemulah mereka dengan seorang bayi yang sedang menangis keras karena ingin menyusu. “Suamiku, mengapa ada bayi menangis di selokan itu seorang diri. Lebih baik kita ambil dan kita bawa pulang. Rupanya permohonan kita telah terkabul.” “Baiklah, ambil dan bawa pulang anak itu,” kata suaminya.
Isterinya pun lalu mengambil dan menggendongnya. Setiba di rumah, anak itu dibaringkan di kamar tidur. Isteri I Karma kemudian ke dapur untuk mempersiapkan makan malam. Saat menunggu makanan siap, I Karma merasa mengantuk dan ia langsung masuk ke kamar, berbaring di samping bayi yang baru ditemukannya itu. Akhirnya I Karma tertidur lelap.
Saat I Karma tertidur lelap, bayi pungutnya itu terbangun karena haus. Ia kemudian merayap mendekati puting susu I Karma. Namun, secara tiba-tiba, bayi tersebut berubah menjadi lintah sebesar bantal dan langsung menghisap darah lewat puting susu I Karma. Dan, tidak berapa lama kemudian, I Karma meninggal karena darahnya habis dihisap oleh lintah tersebut.

Itulah cerita tentang asal usul adanya lintah, yang merupakan penjelmaan seorang bayi setelah dicincang oleh ayahnya sendiri dan dilemparkan ke berbagai penjuru. Daging anak tersebut berubah menjadi lintah. Daging bayi yang terlempar ke air menjelma menjadi lintah dan yang terlempar ke daun-daun menjelma menjadi lintah darat.